Rabu, 23 Mei 2012
Renungan Pagi (24 Mei 2012)
PELAYANAN PENUH SUKACITA
“Tetapi
kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama
untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada
akhirnya”
(Ibrani 6:11)
Tuhan
mengangguk setuju melihat hasil pekerjaan para hamba-Nya yang setia.
Menjadi tugas umat pilihan Allah untuk bekerja dengan tak mementingkan
diri sendiri; tetapi beberapa orang lalai melakukan pekerjaan yang harus
mereka lakukan, dan orang lain terbebani untuk menutupi kekurangan
mereka. Jika semua orang bekerja dengan sukacita melakukan bagian
mereka, maka mereka akan bertahan; tetapi mereka yang mengeluh dan
bersungut-sungut pada setiap langkah tidak akan menerima bantuan ataupun
upah.
Tuhan
tidak senang karena anak-anak Israel bersungut-sungut terhadap Dia dan
terhadap Musa, yang diutus-Nya untuk menjadi pelepas mereka. Dalam cara
yang ajaib, Ia telah membawa mereka keluar dari perbudakan di negeri
Mesir, agar Ia dapat meninggikan dan mengagungkan mereka, dan memuji
mereka di bumi. Tetapi ada kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi, dan
keletihan dan kekurangan yang harus ditahankan. Penting bagi mereka
untuk menanggung kesukaran ini. Allah membawa mereka dari keadaan buruk
dan melayakkan mereka untuk menduduki tempat terhormat di antara
bangsa-bangsa, dan untuk menerima kepercayaan penting dan suci.
Mereka
melupakan kebaikan dan kekuatan yang Allah tunjukkan demi mereka dalam
kelepasan mereka dari perbudakan. Mereka melupakan bagaimana anak-anak
mereka selamat ketika malaikat maut melewati Mesir. Mereka lupa
pertunjukan agung dari kuasa Ilahi di Laut Merah, ketika Yahwe
menyatakan, “Disini kau akan membelah air,” dan air bergulung, membentuk
satu dinding kokoh. Mereka lupa bahwa ketika mereka telah menyeberang
dengan aman di jalur yang telah terbuka bagi mereka, para tentara musuh,
yang mencoba mengikuti mereka, tercampak oleh lautan.
Allah
tidak menaruh beban pada siapa pun yang begitu berat sehingga setiap
langkah ia harus mengeluhkan beban yang wajib ia pikul. Gesekan, dan
bukan gerakan yang konstan, yang membuat mesin jadi aus. Kekhawatiran
yang terus-menerus, dan bukan pekerjaan yang mereka lakukan, yang
membunuh orang-orang ini.
Ada
kedamaian dan kepuasan hati dalam pelayanan Kristus. Saat Ia hendak
meninggalkan para murid-Nya, Ia membuat janji perpisahan ini, “Damai
sejahtera Aku tinggalkan bersamamu damai sejahtera Kuberikan kepadamu:
bukan seperti yang dunia berikan, apa yang Aku berikan padamu.” –Signs of The Times, 12 Juni 1884.
|
1 komentar: