Selasa, 03 Juli 2012
Morning Worship (4 Juli 2012)
KORBAN YANG LEBIH SEMPURNA
“Karena
iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik
dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian
kepadanya , bahwa ia benar.”
(Ibrani 11 : 4)
Kedua
kakak beradik ini, Kain dan Habel, mewakili seluruh keluarga manusia.
Mereka berdua diuji pada satu titik penurutan, dan semua orang akan
diuji sebagaimana halnya mereka. Habel menerima persetujuan Allah. Ia
menyatakan indahnya tabiat yang benar, prinsip-prinsip kesalehan sejati.
Tetapi agama Kain tidak memiliki fondasi yang baik; bersandar pada
kebaikan manusia. Ia membawakan kepada Allah sesuatu yang ia sukai –
buah-buahan hasil tanah, yang telah dihasilkan dari kerja kerasnya; dan
ia menyajikan hasil kerja kerasnya sebagai kebaikan hati yang dilakukan
bagi Allah di mana ia berharap memperoleh persetujuan Ilahi. Ia patuh
dalam membangun mezbahnya, patuh dalam membawa persembahan, tetapi hanya
sebagian penurutannya. Bagian penting, pengakuan akan kebutuhan seorang
Penebus, tertinggal.
Keduanya
adalah orang berdosa, dan keduanya mengakui bahwa Allahlah yang
disembah. Dari penampilan luar, agama mereka sama-sama dianut pada satu
titik tertentu; namun sejarah Alkitab memperlihatkan kepada kita bahwa
ada satu masa ketika perbedaan antara keduanya menjadi sangat besar.
Perbedaan ini terletak pada penurutan yang satu dan ketidakpatuhan yang
lain.
Rasul
berkata bahwa Habel memberikan korban yang lebih sempurna daripada
Kain. Habel memahami prinsip penebusan yang agung. Ia melihat dirinya
sendiri sebagai orang berdosa, dan ia melihat dosa beserta akibatnya,
kematian, ada di antara jiwanya dan persekutuan dengan Allah. Ia membawa
korban sembelihan, kehidupan yang dikorbankan, dengan demikian mengakui
tuntutan hukum yang telah dilanggar. Melalui darah yang tercurah ia
memandang Korban di masa depan, Kristus mati di salib Kalvari; dan,
sambil mempercayai penebusan yang akan terjadi, ia memberi kesaksian
bahwa ia adalah orang benar dan persembahannya diterima.
Bagaimana
Habel mengetahui dengan benar rencana keselamatan? Adam mengajarkan
kepada anak-anak dan cucu-cucunya. Setelah Adam berdosa, satu perasaan
kengerian menghantui dia. Rasa takut menetap meliputinya; rasa malu dan
penyesalan yang dalam menyiksa jiwanya. Dalam keadaan pikiran seperti
ini ia berharap sejauh mungkin dari hadirat Allah, yang tadinya sangat
suka ditemuinya dirumah Edennya. Tetapi Tuhan mengikuti pria yang kata
hatinya terganggu ini, dan meskipun Ia mengutuk dosa yang dilakukan
Adam, namun janji yang indah diberikan kepadanya. –Signs of The Times, 23 Desemebr 1886.
0 komentar: