Kamis, 24 Mei 2012
Renungan Pagi (25 Mei 2012)
BUAT ALLAH YANG UTAMA
“Peringatkanlah
kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan
jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan
pada Allah uang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala
sesuatu untuk dinikmati.”
(1 Timotius 6:17)
Memberikan
waktu, pikiran, dan kekuatan pada pengejaran harta duniawi itu
berbahaya, sekalipun sukses mengikuti usaha yang tekun, karena dalam
melakukan itu ada bahaya membuat Allah dan kebenaran-Nya menjadi nomor
dua. Jauh lebih baik menjadi miskin, menahan kekecewaan dan pengharapan
duniawi hancur, daripada kepentingan kekal dalam bahaya. Bujuk rayu
mungkin diberikan kepada kita, dan kita mungkin berpikir untuk
memperoleh kekayaan dan kehormatan, dan dengan demikian mengisi hati dan
jiwa kita pada usaha-usaha duniawi.
Uang
telah menjadi ukuran kemanusiaan di dunia, dan manusia dinilai bukan
dari integritas mereka, tetapi dari jumlah kekayaan yang mereka miliki.
Demikianlah zaman sebelum air bah.
Janganlah
kita bertekad untuk mendapatkan kekayaan. Jika kita melihat bahwa
kemiskinan akan menjadi bagian kita karena tinggal di dalam kebenaran,
marilah kita tinggal dalam kebenaran dan masuk dalam kehidupan. Yesus
berkata bahwa “manusia tidak akan hidup dari roti saja, tetapi dari
setiap perkataan Allah.” Penggemar dunia mungkin akan tersenyum dengan
pernyataan ini, tetapi meskipun demikian itu adalah nasihat dari hikmat
kekal. Orang-orang Kristen yang untuk pekerjaan mereka, jika mereka
mengikut Kristus, akan memikul salib mereka dan mengatasi kebingungan
mereka dalam Roh Kristus. Mereka tidak akan menjadikan dunia sebagai
Allah mereka, dan memberikan otak dan tulang dan otot kepada Mamon.
Mereka akan menyadari bahwa surga sedang mengawasi mereka, dan
keberhasilan apa pun yang menghampiri mereka, maka mereka akan
memberikan kemuliaan kepada Allah. Mereka akan menyadari bahwa Allah
mengetahui, tetapi kita tidak mengetahui, bahwa beberapa tahun lagi akan
berlalu dan harta bumi tidak akan ada lagi.
Penglihatan
dunia yang akan datang itulah yang menyeimbangkan pikiran agar segala
hal yang terlihat tidak mengendalikan perasaan, yang telah dibeli dengan
harga tak ternilai oleh sang Penebus dunia. Melalui perwakilan Roh
Kudus hal-hal yang tak terlihat dan kekal dibawa ke hadapan jiwa, dan
keuntungan-keuntungan kekal, harta yang abadi dimunculkan di hadapan
mata dalam keindahan yang memikat. Dengan cara ini kita belajar melihat
kepada yang tak terlihat dan kekal, dan menilai celaan karena Kristus
lebih berharga daripada harta benda di dunia. –Signs of The Times, 26 Juni 1893.
0 komentar: