Rabu, 09 Mei 2012
Renungan Pagi (9 Mei 2012)
KEJATUHAN
“Tetapi
tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman:
Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati”
(Kejadian 3:3)
Hawa
beranjak dari sisi suaminya, melihat hal-hal indah di alam ciptaan
Allah, menyenangkan inderanya dengan warna-warna dan aroma bunga-bungaan
dan keindahan pohon dan semak-semak. Ia sedang memikirkan larangan yang
Allah berikan kepada mereka dalam hal pohon pengetahuan itu. Ia senang
dengan keindahan dan karunia yang Tuhan telah sediakan untuk memenuhi
semua kebutuhan. Semua ini, katanya, Allah telah berikan untuk kami
nikmati.
Hawa
berjalan-jalan di dekat pohon larangan itu, dan rasa ingin tahunya
timbul untuk mengetahui bagaimana kematian dapat tersembunyi dalam buah
pohon yang cantik ini. Ia heran mendengarkan pertanyaannya diterima dan
diulangi oleh suara yang aneh. “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon
dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Hawa tidak menyadari
bahwa ia telah mengungkapkan isi hatinya dengan mengeluarkan suara
nyaring; oleh karena itu ia sangat terkejut mendengar pertanyaannya
diulangi oleh si ular. Ia benar-benar mengira bahwa si ular mengetahui
pikirannya dan bahwa ia pastilah sangat bijaksana.
Ia
menjawabnya, “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
tetapi tentang buah pohon yang ada ditengah-tengah taman, Allah
berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: Sekali-kali kamu tidak
akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya
matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang
yang baik dan yang jahat.”
Dalam
perdebatan Hawa dan si ular, ia menambahkan anak kalimat, “ataupun raba
buah itu, nanti kamu mati.” Pernyataan Hawa ini memberikan keuntungan
baginya, dan ia memetik buah itu, dan menaruhnya di tangan Hawa, dan
menggunakan kata-kata Hawa sendiri, “Ia berkata: ‘bila kamu raba buah
itu, nanti kamu mati.’ Kau lihat tidak ada bahaya dari menyentuh buah
itu, tidak juga kau akan menerima bahaya dengan memakannya.” Hawa
memakan buah itu, dan menyadari tidak ada bahaya langsung. Kemudian ia
memetik buah itu untuknya sendiri dan untuk suaminya.
Adam
dan Hawa seharusnya sudah cukup puas dengan pengetahuan tentang Allah
dalam karya ciptaan-Nya. Tidak mengetahui tentang dosa itu adalah untuk
kebahagiaan mereka sendiri. –Review and Herald, 24 Februari 1874.
0 komentar: