Sabtu, 05 Mei 2012
Renungan Pagi (5 Mei 2012)
ORANG-ORANG KRISTEN SEJATI ITU BERBAHAGIA
“Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita.”
(Mazmur 68:19)
Orang-orang
Kristen harusnya menjadi orang-orang paling ceria dan berbahagia yang
pernah ada. Mereka boleh memiliki kesadaran bahwa Allah adalah bapa
mereka dan sahabat kekal mereka. Tetapi banyak yang mengaku Kristen
tidak menunjukkan agama Kristen dengan benar. Mereka kelihatan bermuram
durja, seolah berada di bawah awan. Mereka seringkali berbicara tentang
pengorbanan besar yang mereka buat untuk menjadi orang Kristen. Mereka
berseru kepada mereka yang belum menerima Kristus, dengan memberitahu
pengalaman dan percakapan mereka sendiri bahwa mereka harus meninggalkan
segala sesuatu yang akan membuat kehidupan itu menyenangkan dan penuh
sukacita. Mereka melemparkan kain kegelapan keatas pengharapan berkat
Kristen. Kesan yang diberikan adalah bahwa persyaratan Allah itu
merupakan beban sekalipun pada jiwa yang bersedia, dan bahwa segala
sesuatu yang memberikan kesenangan atau yang menyenangkan cita rasa
harus dikorbankan.
Kita
tidak ragu berkata bahwa golongan yang mengaku Kristen ini tidak
memiliki keyakinan yang asli. Allah itu adalah kasih. Barangsiapa yang
tinggal di dalam Allah, ia tinggal di dalam kasih. Semua orang yang
memang telah mengenal kasih dan sayang Bapa surgawi kita akan memberikan
terang dan sukacita dimana pun mereka berada. Kehadiran dan pengaruh
mereka akan seperti wangi bunga-bungaan bagi para sahabat mereka, karena
mereka berhubungan dengan Allah dan surga, dan kemurnian serta
keindahan surga disampaikan melalui mereka kepada semua yang ada di
bawah pengaruh mereka. Ini menjadikan mereka terang dunia, garam di
bumi.
Dari
manakah seniman mendapatkan rancangannya? Dari alam. Tetapi Seniman
Agung telah melukis perubahan-perubahan di langit, mengubah
goresan-goresan kemegahan matahari. Ia telah mewarnai dan menyepuh
langit dengan emas, perak, dan merah tua seolah gerbang langit yang
tinggi terbuka lebar agar kita bisa memandang pancaran cahayanya dan
daya khayal kita terisi oleh kemuliaan di dalamnya.
Saat
kita tertarik dengan keindahan di dalam dan menghubungkan hal-hal yang
Allah telah ciptakan demi kebahagiaan manusia dengan tabiat-Nya, maka
kita akan menghormati Allah sebagai Bapa yang lemah lembut, penuh kasih
bukannya hakim yang kejam. Hati diisi dengan kasih yang baru dan lebih
dalam berpadu dengan kekaguman dan hormat saat merenungkan Allah di
alam. –Review and Herald, 25 Juli 1871.
0 komentar: