Selasa, 22 Mei 2012
Renungan Pagi (23 Mei 2012)
ILMU PENGETAHUAN DAN WAHYU
“Orang bebal berkata dalam hatinya: ‘Tidak ada Allah’”
(Mazmur 14:1)
Ada
orang yang mengira mereka telah membuat penemuan-penemuan yang ajaib
dalam ilmu pengetahuan. Mereka mengutip pendapat-pendapat dari
orang-orang terpelajar seolah mereka menganggapnya sempurna, dan
mengajarkan potongan ilmu pengetahuan itu sebagai kebenaran-kebenaran
yang tidak dapat ditentang. Dan Firman Allah, yang diberikan sebagai
lampu di kaki pelancong dunia yang lelah, dinilai oleh standar ini, dan
dianggap kurang. Riset itu telah mengaburkan pikiran mereka, dan mereka
telah terhanyut pada skeptisisme. Mereka menyadari adanya kekuatan, dan
gantinya memandang pada Sumber segala hikmat itu, mereka justru merasa
menang atas dangkalnya pengetahuan yang mereka peroleh. Mereka telah
meninggikan hikmat manusia mereka bukannya hikmat Allah yang besar dan
agung dan berani menentang Dia. Sabda ilham menyebut orang-orang ini
“bodoh”.
Allah
telah mengizinkan berkas cahaya jatuh ke atas dunia dalam penemuan di
bidang ilmu pengetahuan dan seni, tetapi ketika para ilmuwan ini
berceramah dan menulis tentang hal ini dari sudut pandang manusia saja,
maka mereka tentu tiba pada kesimpulan yang salah. Akal budi yang paling
hebat sekalipun, bila tidak dituntun oleh Firman Allah dalam riset
mereka, jadi bingung dalam usaha mereka untuk menyelidiki ilmu
pengetahuan dan wahyu. Pencipta dan karya-karya-Nya di luar pengertian
mereka; dan karena mereka tidak dapat menjelaskan ini dengan hukum-hukum
alam, sejarah Alkitab dianggap tidak dapat dipercaya. Mereka yang
meragukan keabsahan catatan Perjanjian Lama dan Baru, akan dituntun
selangkah lebih jauh dan meragukan keberadaan Allah; kemudian, karena
telah melepaskan jangkarnya, maka mereka dibiarkan bergumul dengan
ketidaksetiaan. Musa menulis dibawah tuntunan Roh Allah, dan satu teori
geologi tidak akan pernah menyatakan penemuan yang tidak dapat
diselaraskan dengan pernyataan-pernyataannya. Pemikiran yang membuat
banyak orang tersandung, bahwa Allah tidak menciptakan zat ketika Ia
menjadikan dunia, membatasi kekuatan Yang Kudus dari Israel.
Banyak
orang, ketika mereka mendapati diri sendiri tak mampu mengukur Pencipta
dan karya-karya-Nya dari pengetahuan mereka yang tidak sempurna dalam
bidang ilmu pengetahuan, meragukan keberadaan Allah dan mengalihkan
kekuatan yang tak terhingga itu kepada alam. Alkitab tidak boleh diuji
oleh pemikiran manusia tentang ilmu pengetahuan, tetapi ilmu pengetahuan
harus diselaraskan dengan standar yang tak mungkin salah ini. –Signs of The Times, 13 Maret 1884.
0 komentar: