Rabu, 16 Mei 2012
Renungan Pagi (16 Mei 2012)
SATU HARI SETIAP WAKTU
“Sehingga
hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala
hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan
bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah”
(Kolose 1:10)
Aku
diingatkan pada satu kejadian yang pernah kubaca, tentang seorang pria
tua yang sudah renta namun masih mencari pekerjaan untuk mencari nafkah.
Seorang bangsawan yang memiliki seratus kord (ukuran kayu yang sudah
dipotong 128 kaki kubik) kayu dipotong, diberitahu tentang keinginan si
pria tua itu. Ia memberitahu pria tua itu bahwa bila ia mampu memotong
kayu itu, maka ia akan diberikan seratus dolar untuk pekerjaan itu.
Tetapi pria tua itu menjawab, “Tidak. Aku tidak pernah melakukan itu.
Tidak mungkin.” Ia seorang pria tua, dan tidak sanggup melakukan
pekerjaan semacam itu. “Baik,” kata bangsawan, “kita akan membuat
penawaran yang berbeda. Dapatkah engkau memotong satu kord hari ini?
Jika demikian, aku akan memberikan satu dolar untukmu.” Penawaran pun
diberikan, dan kayu tersebut dipotong hari itu. “Nah,” kata si
bangsawan, “engkau boleh memotong satu kord lagi besok,” dan demikian
pula hari berikutnya; dan dengan demikian seluruh pekerjaan sudah
diselesaikan. Dalam seratus hari pekerjaan itu selesai, dan pekerja itu
tetap sehat seperti ketika ia memulai pekerjaan itu. Ia dapat
melakukannya satu kord demi satu kord, tetapi ketika disampaikan
kepadanya agar diselesaikan sekaligus, tampaknya tidak mungkin.
Ini
menggambarkan banyaknya orang yang ragu. Mereka memiliki keinginan
untuk menjadi orang Kristen, namun tanggung jawab kehidupan Kristen
tampak begitu besar bagi mereka sehingga mereka takut akan membuat
kegagalan, [dan] hampir yakin bahwa mereka tidak akan pernah sampai di
titik itu jika mencobanya. Tetapi bila dipertimbangkan bahwa mereka
tidak harus melihat akhir perjalanan Kristen, mereka tidak harus
mengerti dan menggapainya sekaligus. Beban dan tanggung jawabnya
dihadirkan di hadapan kita hanya satu hari setiap waktu.
Ya,
hari esok bukanlah milikmu. Tugas hari inilah yang harus engkau
lakukan. Jika engkau bertekad untuk berada di sisi Tuhan, dan keluar
dari dunia dan terpisah, dan memilih untuk menjadi putra dan putri Tuhan
yang Mahaagung, meninggalkan barisan musuh, ambil keputusan untuk
selalu melakukan tugas hari ini. Terima tugas-tugas hari ini, sadari
bahwa Tuhan telah meminta engkau bertanggung jawab kepada Penciptamu;
pernyataan-pernyataan ini harus dipenuhi hanya satu hari setiap waktu.
Dalam kekuatan Tuhan teguhkan hati, percaya bahwa engkau dapat
mengatasinya untuk satu hari. –Review and Herald, 31 Januari 1878.
0 komentar: