Selasa, 19 Juni 2012
Morning Worship (20 Juni 2012)
SEBAGAI TUNAS DARI TANAH KERING
"Sebagai
taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering.
Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia,
dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya" (Yesaya 53:2).
Orang-orang
di zaman Yesus tidak dapat melihat kemuliaan Anak Allah di balik
penyamaran kerendahan hati. Ia "dianggap rendah dan ditolak manusia;
seorang yang penuh penderitaan, dan dikenal dengan kesedihan." Bagi
mereka Ia adalah tunas dari tanah kering, tidak tampan dan semaraknya
pun tidak ada sehingga mereka menginginkan Dia.....
Kristus
menjangkau orang-orang di mana mereka berada. Ia menyampaikan kebenaran
sederhana pada pikiran mereka dalam bahasa sederhana dan mudah
dipahami. Orang miskin, tak terdidik, dapat memahaminya melalui iman di
dalam Dia. Tidak seorang pun perlu bertanya kepada para Doktor
terpelajar tentang artinya. Ia tidak membingungkan orang bodoh dengan
kesimpulan-kesimpulan misterius atau tidak menggunakan kata-kata
terpelajar yang tak terbiasa yang tak mereka ketahui. Guru paling agung
yang pernah dikenal dunia adalah yang ajaran-Nya paling nyata,
sederhana, dan praktis.
Meskipun para Imam dan Rabi
meyakinkan diri mereka tentang kemampuan mereka mengajar orang-orang dan
bahkan untuk menandingi Anak Allah dalam menguraikan doktrin, Ia
menuduh mereka tidak mengetahui Kitab Suci atau tidak mengakui kuasa
Allah. Para Imam dan Rabi telah mempelajari nubuatan-nubuatan, tetapi
mereka gagal menemukan bukti berharga akan kedatangan Mesias, tentang
Misi dan Tabiat-Nya. Mereka yang mengakui pantas dipercayai oleh karena
kebijaksanaan mereka tidak merasa bahwa Kristus adalah Panglima
kehidupan itu.
Para Rabi memandang dengan curiga dan jijik
terhadap segala sesuatu yang tidak disertai penampilan hikmat dunia,
keagungan bangsa, dan eksklusifitas keagamaan; namun misi Yesus justru
untuk menentang semua kejahatan ini, untuk melakukan perubahan dalam
iman dan moral. Ia menarik perhatian kepada kemurnian hidup, roh
kerendahan hati, pengabdian kepada Allah dan pekerjaan-Nya tanpa
mengharapkan kehormatan atau upah duniawi...
Ia
bersukacita dalam roh saat memandang orang miskin di dunia ini senang
menerima pekabaran indah yang Ia berikan. Ia memandang ke Surga dan
berkata, "Aku mengucap syukur kepada-Mu, Ya Bapa, Tuhan atas langit dan
bumi, karena Engkau telah menyembunyikan semua ini dari yang bijaksana
dan arif, dan telah menyatakan ini kepada mereka yang tidak
berpengalaman."--Review and Herald, 3 Augustus 1911.