Senin, 30 April 2012
Kemenangan Akhir
Daftar Isi Buku
Bab 1 Keruntuhan Kota Yerusalem
Bab 2 Penganiayaan pada Abad-abad Permulaan
Bab 3 Zaman Kegelapaan Rohani
Bab 4 Orang-orang Waldensia
Bab 5 John Wycliffe
Bab 6 Huss dan Jerome
Bab 7 Pemisahan Diri Luther dari Roma
Bab 8 Luther di Hadapan Mahkamah
Bab 9 Pembaru Swiss
Bab 10 Kemajuan Pembaruan di Jerman
Bab 11 Protes Para Pangeran
Bab 12 Reformasi di Perancis
Bab 13 Negeri Belanda dan Scandinavia
Bab 14 Para Pembaru Inggris yang Muncul Kemudian
Bab 15 Alkitab dan Revolusi Perancis
Bab 16 Bapa-bapa Musafir
Bab 17 Berita Kedatangan KRISTUS
Bab 18 Pembaru Amerika
Bab 19 Terang Menerobos Kegelapan
Bab 20 Kebangunan Keagamaan yang Besar
Bab 21 Amaran Ditolak
Bab 22 Nubuatan-nubuatan Digenapi
Bab 23 Apakah Bait Suci Itu?
Bab 24 Di Bilik yang Mahakudus
Bab 25 Hukum Allah yang Tak Dapat Diubah
Bab 26 Pekerjaan Pembaruan
Bab 27 Kebangunan Rohani Modern
Bab 28 Pengadilan Pemeriksaan
Bab 29 Asal Mula Dosa
Bab 30 Permusuhan Antara Manusia dan Setan
Bab 31 Agen Roh-roh Jahat
Bab 32 Jerat-jerat Setan
Bab 33 Penipuan Besar Pertama
Bab 34 Spiritisme
Bab 35 Tujuan Kepausan
Bab 36 Pertentangan yang Segera Akan Terjadi
Bab 37 Alkitab Suatu Perlindungan
Bab 38 Amaran Terakhir
Bab 39 Waktu Kesesakkan yang Besar
Bab 40 Umat Allah Dilepaskan
Bab 41 Dunia Sunyi Senyap
Bab 42 Pertikaian Berakhir
Lampiran
Indeks Ayat-ayat Alkitab
Bab I. Keruntuhan Kota Yerusalem
Wahai, betapa baiknya
jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!
Tetapi hal itu sekarang tersembunyi dari matamu! Sebab akan datang harinya,
bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dari
segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu
dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di
atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat bilamana Allah melawat
engkau.” (Lukas 19: 42-44).
Dari
puncak bukit Zaitun Yesus memandang kota Yerusalem. Pemandangan indah penuh
kedamaian terhampar dihadapanNya. Pada waktu itu musim Paskah, anak-anak Yakub
dari segala penjuru negeri berkumpul di sana untuk merayakan hari Nasional itu.
Di tengah-tengah taman dan kebun-kebun anggur, serta di lereng-lereng yang hijau
di mana bertebaran kemah-kemah para musafir, tegak berdiri bukit-bukit yang
bersusun-susun, istana kenegaraan dan kubu-kubu pertahanan kuat ibu kota Israel.
Tampaknya Putri Sion dengan sombongnya berkata, “Aku duduk di atas takhta sebagi
ratu, dan tidak akan mengalami kesusahan;" dan menganggap dirinya aman di bawah
naungan Surga, seperti berabad-abad yang lalu penyanyi kerajaan menyanyikan,
"Gunungnya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh
bumi; Gunung Sion itu, . . . kota Raja Besar." (Mazmur48:3).
Tampak jelas bangunan Bait Suci yang megah dan indah dalam
pemandangan itu. Sinar sang surya yang sudah mulai condong ke barat menyinari
tembok pualam putih, dan tampak pantulan sinar dari gerbang keemasan, menara dan
puncak Bait Suci. Bangunan Bait Suci, yang berdiri dengan "keelokan yang
sempurna," menjadi kebanggaan bangsa Yahudi.
Anak Israel manakah yang melihat pemandangan itu yang tidak
merasa gembira dan kagum? Tetapi lebih daripada itu, hal-hal lain memenuhi
pikiran Yesus. "Dan ketika Yesus
telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya." (Lukas 19:41). Di
tengah-tengah kegembiraan memasuki kota, sementara daun palem
dilambai-lambaikan, sementara pujian kegembiraan bergaung di bukit-bukit, dan
ribuan suara menyatakan Dia Raja, Sang Penebus dunia itu diliputi oleh, dukacita
yang tiba-tiba dan misterius. Ia, Anak Allah, Anak Perjanjian bagi Israel, yang
kuasa-Nya telah menaklukkan maut, dan yang telah memanggil tawanan kematian itu
dari dalam kubur, sekarang meneteskan air mata, bukan oleh karena kedukaan
biasa, tetapi penderitaan yang berat yang tak tertahankan.
Air mata-Nya itu
bukan untuk kepentingan-Nya meskipun Ia tahu benar ke mana Ia melangkah.
Dihadapan-Nya terbentang Getsemani, pemandangan pendahuluan penderitaan-Nya.
Pintu gerbang domba juga tampak oleh-Nya, melalui mana selama berabad-abad
korban-korban persembahan digiring. Dan pintu gerbang itu juga terbuka bagi-Nya
bilamana Ia harus dibawa "seperti anak domba yang di bawa ke pembantaian. "
(Yesaya. 53:7). Tak jauh dari sana terdapat Golgota, tempat penyaliban. Jalan
yang sebentar lagi akan dilalui Kristus akan diliputi oleh kegelapan yang
mengerikan, sementara Ia memberikan jiwa-Nya sebagai korban karena dosa. Namun
bukanlah karena memikirkan hal ini yang membuat bayang-bayang menyelubunginya
pada saat-saat kegembiraan seperti ini.
Tak ada tanda-tanda bahwa penderitaan-Nya yang luar biasa akan
menyelubungi roh yang tidak mementingkan diri. Ia menangis oleh karena
kebinasaan ribuan penduduk Yerusalem-oleh karena kebutaan dan kedegiIan mereka
untuk siapa sebenamya Yesus datang untuk memberkati dan menyelamatkan mereka.
Sejarah mencatat pertolongan khusus dan pemeliharaan Allah selama
ribuan tahun yang dinyatakan kepada umat pilihan-Nya dipaparkan di depan mata
Yesus. Di sana ada Gunung Moria, di mana anak perjanjian Ishak, korban yang
tidak meronta, telah diikat kepada mezbah-lambang pengorbanan Anak Allah. Di
sanalah diteguhkan kepada bapa orang percaya itu janji berkat, yaitu janji
Mesias. (Kejadian 22:9, 16-18). Di sana, nyala api korban naik ke surga dari
penggilingan gandum Oman yang telah menghindarkan pedang malaikat pembinasa
(1Tawarikh 21) -sesuai dengan lambang pengorbanan dan pengantaraan Juruselamat
bagi orang-orang berdosa. Yerusalem telah dihormati Allah di atas seluruh bumi.
Tuhan telah "memilih Sion" dan "menginginkannya menjadi tempat kedudukan-Nya"
(Mazmur 132:13).
Bersambung....
0 komentar: