Rabu, 18 April 2012
Morining Worship (25 April 2012)
ANAK YANG BOROS
“Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta
milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta
kekayaan itu di antara mereka” (Lukas 15:11,12).
Menanggapi tuduhan ahli Taurat dan orang Farisi terhadap
pilihan Yesus untuk berteman dengan orang-orang berdosa, maka Ia
mengatakan perumpamaan-perumpamaan mengenai domba yang hilang, uang
perak yang hilang, dan anak yang boros, dan melalui itu memperlihatkan
bahwa misi-Nya ke dunia ini bukan untuk menyengsarakan, menghukum dan
menghancurkan, tetapi untuk memulihkan yang tersesat.... Mereka ini
memerlukan Juruselamat......
Anak yang boros itu bukan seorang anak yang menurut,
bukan yang suka menyenangkan ayahnya, tetapi yang menuruti jalannya
sendiri.... Simpati dan kasih lembut dari ayahnya disalahgunakan, dan
semakin sabar, baik ayahnya bersikap, maka semakin gelisah anak itu
jadinya. Ia mengira kebebasannya dibatasi, karena cita-cita kebebasannya
itu adalah kebebasan yang liar, dan ketika ia sangat ingin bebas dari
segala kekuasaan, ia lepas dari semua kekangan di rumah bapanya, dan
dalam waktu singkat menghabiskan kekayaannya dengan kehidupan yang tak
karuan. Bala kelaparan besar terjadi di mana ia tinggal, dan karena
lapar ia nekat memakan makanan yang di makan oleh babi.....
Tidak ada lagi orang yang berkata kepadanya: “Jangan
lakukan itu, karena itu akan melukai dirimu sendiri. lakukan ini, karena
ini benar.’.... Kelaparan menghadangnya, dan ia mendatangi warga di
tempat itu. Ia disuruh melakukan pekerjaan paling kasar—memberi makan
babi. Meskipun bagi seorang Yahudi ini adalah pekerjaan yang paling
hina, namun ia bersedia melakukannya, begitu besar kebutuhannya....
Ia menderita rasa lapar, dan tidak bisa mengenyangkan
perutnya, dan dalam keadaan begini ia mengingat bahwa ayahnya memiliki
cukup roti dan banyak sisa, dan memutuskan untuk pergi kepada
bapanya.... Setelah membuat keputusan ini, ia tidak berharap membuat
dirinya sendiri dihormati... “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah
melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu
berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.”.....
Rumah tampak sebagaimana ketika ia tinggalkan; tetapi
sungguh satu perbedaan terjadi dalam dirinya sendiri..... sang ayah
tidak memberinya kesempatan untuk berkata, “Jadikanlah aku sebagai salah
seorang upahan bapa.” Sambutan yang diterimanya meyakinkan dia bahwa ia
dikembalikan pada kedudukannya sebagai anak.—Signs of the Times, 29 Jan. 1894.
0 komentar: