Senin, 30 April 2012
Renungan Pagi (30 April 2012)
"Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama
seperti orang lain,....dan bukan juga seperti pemungut cukai ini" (Lukas
18:11).
Kisahnya kedua orang ini datang ke tempat
yang sama untuk berdoa. Keduanya menemui Allah. Namun sungguh perbedaan
nyata terlihat pada mereka! Yang satu penuh dengan pujian terhadap
dirinya sendiri. Ia memandangnya, melaluinya, dan menyebutnya dalam doa;
yang lain menyadari sepenuhnya tentang ketidaklayakannya. Orang Farisi
menganggap sebagai orang benar di hadapan Allah, dan dengan demikian ia
berada dalam pendapatnya sendiri. Pemungut cukai, dalam kerendahan hati,
memandang dirinya sendiri tidak pantas mendapat kemurahan atau restu
dari Allah.....
Si pemungut cukai tidak mampu mengangkat
wajah ke atas tetapi memukul diri dengan berkata, "Ya Allah, kasihanilah
aku yang berdosa ini." Penyelidik hati melihat ke bawah pada kedua
orang itu, dan dia melihat nilai dari masing-masing doa. Ia tidak
menilai dari kedudukan kita, talenta kita, pendidikan kita, atau posisi
kita....Ia melihat bahwa orang-orang Farisi merasa diri sangat penting
dan membenarkan diri, dan catatan menyebut namanya, "Ditimbang dalam
neraca, dan didapati ringan.".....
Yang Agung dari surga
merendahkan diri-Nya sendiri dari kekuasaan tertinggi, dari kedudukan
yang sama dengan Allah, ke tempat yang terendah, yakni tempat seorang
hamba. Kerendahan hati-Nya tidak termasuk kerendahan nilai tabiat dan
kualifikasi-Nya, tetapi dalam merendahkan diri-Nya sendiri kepada umat
manusia yang berdosa, untuk menaikkan mereka pada kehidupan yang lebih
tinggi bersama Dia.....
Orang (pemungut cukai) itulah yang
paling dekat dengan Allah, dan paling dihormati-Nya, yang paling
sedikit rasa berpuas diri dan tak membenarkan diri, yang menunggu Allah
dalam iman yang bersahaja dan percaya....
Kesombongan dan
merasa diri penting, jika dibandingkan dengan kerendahan hati dan
kebersahajaan, memang merupakan kelemahan. Kelemah-lembutan Juruselamat,
cara-Nya yang sederhana dan tak berprasangka itulah yang membuat Dia
jadi penakluk hati.....
Dari surga Allah menatap ke bawah
dengan senang pada orang-orang yang percaya yang memiliki pengertian
penuh terhadap ketergantungan mereka pada-Nya. Kepada orang-orang
seperti itulah Ia suka memberi ketika mereka berkata kepada-Nya, "Ia
yang memuaskan jiwa yang rindu, dan mengenyangkan jiwa yang lapar dengan
kebaikan." --Signs of the Times, 21 Oktober 1897.
0 komentar: