Selasa, 17 Juli 2012
Morning Worship (18 Juli 2012)
PANGGILAN MUSA
"Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir" (Keluaran 3:10).
Bagi bangsa Ibrani yang tertindas dan menderita, hari kelepasan mereka terasa lama sekali tertangguhkan, tetapi pada masa yang sudah ditentukan-Nya, Allah bemaksud mewujudkannya dalam kekuatan yang agung. Musa tidak disuruh untuk berdiri memimpin pasukan, dengan bendera-bendera yang berkibar dan persenjataan yang megah, sebagaimana ia sangka pada awalnya. Bangsa itu yang sudah lama dianiaya dan ditindas, tidak memperoleh kemenangannya sendiri dengan bangkit melawan dan menuntut hak mereka. Tujuan Allah dicapai dalam satu cara yang mengalahkan kesombongan dan kejayaan manusia. Sang pelepas harus maju sebagai gembala yang bersahaja dengan hanya sebuah tongkat di tangannya; namun Allah akan menjadikan tongkat itu memiliki kekuatan dalam melepaskan umat-Nya dari penindasan dan dalam memelihara mereka ketika di kejar-kejar oleh musuhnya.
Sebelum Musa maju, ia menerima perintah penting terhadap tugas besarnya itu dalam cara yang membuatnya terpesona dan memberikan satu pemahaman yang dalam terhadap kelemahan dan ketidaklayakannya sendiri. Sementara sibuk dengan tugasnya sehari-hari, ia melihat semak belukar, ranting-ranting, dedaunan, dan batang tumbuh-tumbuhan, terbakar namun tidak hangus. Ia mendekat untuk melihat pemandangan ajaib itu, ketika suara memanggilnya terdengar dari api tersebut. Itu adalah suara Allah. Dialah, yang merupakan malaikat perjanjian, yang menyatakan Diri-Nya sendiri kepada nenek moyang di masa lalu. Tubuh Musa gemetar, ia ketakutan, saat Tuhan memanggil namanya. Dengan bibir bergetar ia menjawab, "Ya, Allah." Ia diperingatkan untuk tidak mendekati Penciptanya dengan sikap tak hormat: "tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah yang kudus".....
Para ciptaan fana dapat memetik satu pelajaran yang tidak boleh dilupakan--mendekati Allah dengan sikap hormat. Kita tidak boleh datang dengan berani ke dalam hadirat-Nya dengan nama Yesus, kebenaran dan pengganti kita, tetapi jangan pernah dengan keberanian yang sombong seolah Ia berada sejajar dengan diri kita sendiri. Kita telah mendengar beberapa orang yang tinggal dalam terang yang tak dapat didekati, yang memperlihatkan satu tingkatan kesejajaran atau lebih rendah....Allah haruslah sangat dihormati; di mana pun hadirat-Nya dengan jelas disadari, orang-orang berdosa akan sujud dalam sikap yang paling merendah.--Signs of the Times, 26 Februari 1880.
0 komentar: